PALU, TONAKODI -Koordinator Sulteng Bergerak, Adriansa Manu menyebut ada beberapa kandidat calon Wali Kota Palu terindikasi melakukan politisasi bantuan dana stimulan.

Menurut dia, beberapa Calon Wali Kota dengan sengaja melakukan politisasi isu dana stimulan saat melakukan kampanye politik.

“Kami melihat ada dua Calon Wali Kota Palu yang selalu menjual isu dana stimulan sebagai hasil keringat mereka. Kami juga melihat tim-tim sukses mereka gencar melakukan kampanye tak terpuji ini ke publik. Seakan-akan kandidat mereka orang yang berdarah-darah memperjuangan  dana hibah dari pemerintah pusat kepada masyarakat luas,” ujarnya.

Lebih lanjut, bantuan dana hibah dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebesar 1,9 triliun itu harus ditelisik prosesnya. Kata Adriansa, perjuangan memperoleh dana hibah itu bukan main-main, bukan sesuatu yang gampang dan bukan lobi-lobi elitis.

“Kami minta para kandidat dan tim sukses masing-masing agar  tidak menjadikan isu ini sebagai komoditas politik. Itu dosa besar yang tidak bisa diampuni,” tandasnya.

Adrinsa menegaskan bahwa bantuan tersebut merupakan hasil perjuangan panjang para penyintas mendesak pemerintah pusat, dimana saat penyintas menderita di kamp-kamp pengungsian, dimana mereka saat penyintas berjuang di jalan, saat air mata dan keringat penyintas bercucuran di bawa terik panas matahari. Saat para penyintas berjuang, hingga anak dan pekerjaannya harus ditinggalkan, kemana mereka saat itu, harunya mereka malu.

Adriansa juga menjelaskan bahwa para penyintas selama ini berjuang sendiri agar bisa berkomunikasi dengan pemerintah pusat untuk menyampaikan masalah-masalah yang mereka hadapi saat itu.

Bahkan kata dia, para penyintas beberapa kali bertemu langsung dengan Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ir. Rifai, M.BA untuk menyampaikan masalah mereka di pengungsian.

“Itu bukan bantuan para kandidat Calon Wali Kota, itu murni usaha para penyintas sendiri agar bisa mendesak pemerintah pusat untuk memberikan dana stimulan kepada korban bencana 28 september 2018,” terangnya.

Bahkan kata Adriansa, pihaknya juga intens berkomunikasi langsung dengan Kepala BNPB, Doni Monardo untuk memastikan adanya bantuan yang diperuntukkan untuk membangun kembali rumah warga terdampak bencana di Sulawesi Tengah.

“Jadi ada Kandidat Wali Kota Palu yang berani mengklaim dana stimulan adalah hasil keringatnya. Saya pikir dia telah membohongi publik luas. Kandidat seperti ini bagi kami tak layak bahkan tak pantas memimpin kota yang kita cintai bersama,” ujar Adriansa

Kata dia, politisasi yang dilakukan oleh beberapa kandidat Calon Wali Kota Palu benar-benar menyayat hati para penyintas. Apalagi kata Adriansa, saat ini masih terdapat ribuan warga terdampak bencana 28 september 2020 belum menerima bantuan yang telah ditransfer oleh Kemenkeu setahun lalu.

Sehingga, klaim yang dilakukan oleh beberapa kandidat Calon Wali Kota Palu tersebut sangat tidak pantas.

Menurutnya, para penyintas selama ini sudah cukup menderita di kamp-kamp pengungsian.

“Jangan lagi dilukai hanya untuk merai bangku kekuasaan.” Kata dia

Mestinya kata Adriansa, para Calon Wali Kota Palu ikut berjuang untuk mempercepat penyaluran dana stimulan yang saat ini masih terhenti di Pemerintah Kota Palu, bukan malah melukai hati warga yang sudah menderita.

Atas kejadian itu, Adriansa berharap agar para penyintas benar-benar teliti dan jeli memilih kandidat yang benar-benar jujur, berpihak dan punya kemauan politik menyelesaikan masalah korban bencana di Kota Palu.

Ia juga berpesan, agar para penyintas tidak terlena dengan politik uang atau apapun yang diberikan oleh para kontestan Calon Wali Kota. Sebab, menurutnya politik uang sama halnya menjual hak suara yang justu membawa kesengsaraan dan penderitaan penyintas di masa mendatang.

“Saya ingatkan agar para penyintas benar-benar menggunakan hak suaranya untuk memilih Calon Wali Kota yang benar-benar berpihak pada kepentingan korban. Kita sudah belajar bersama selama dua tahun terakhir. Selama ini kita berjuang sendiri, agar bisa bertahan di kamp-kamp pengungsian. Jadi, manfaatkan hak suara kita untuk memilih pemimpin yang  benar-benar memiliki kepekaan terhadap penderitaan penyintas.” Tutupnya.FELIX-JW RESPECT