PALU, TONAKODI – Angka partisipasi pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulawesi Tengah (Sulteng) Tahun 2020 mencapai 74.53 persen.
Capaian itu diperoleh dari realisasi tingkat partisipasi di 12 kabupaten dan 1 kota Se-Sulteng dengan rincian sebagai berikut, Kabupaten Toli-toli 83 persen, Sigi 81.20 persen, Tojo Una-una 82.76 persen, Banggai Laut 84.66 persen, Morowali Utara 79.05 persen, Poso 78.85 persen, Banggai 81.05 persen, Kota Palu 63 persen, Morowali 51.83 persen, Buol 81.20 persen, Banggai Kepulauan 74.34 persen, Donggala 70.01 persen, dan Parigi Moutong 72.97 persen.
Hasil rincian dari 12 kabupaten dan 1 kota secara keseluruhan menunjukkan angka partisipasi dalam Pilkada Sulteng 2020 sebesar 74.53 persen. Angka tersebut hampir mencapai target partisipasi KPU Sulteng dengan jumlah 77,5 persen.
KPU Sulteng menargetkan untuk angka pemilih di sejumlah kabupaten dan kota mendapatkan capaian partisipasi rata-rata 77.5 persen. Namun, dari hasil realisasi tingkat partisipasi tidak memenuhi target tersebut.
Berdasarkan rincian 12 kabupaten dan 1 kota, terdapat lima kabupaten dan satu kota tidak memenuhi target seperti Kota Palu, Kabupaten Morowali, Banggai Kepulauan, Donggala, dan Parigi Moutong. Bahkan, dari sejumlah kabupaten dan kota, hasil partisipasi terendah yaitu di Kabupaten Morowali degan partisipasi 51.83 persen dan Kota Palu 63.06 persen.
Menurut Komisioner KPU Sulteng Bidang Sosialisasi, Partisipasi, Masyarakat dan SDM, Sahran Raden memberikan penjelasan rendahnya partisipasi di Kabupaten Morowali dan Kota Palu.
“Kabupaten Morowali, tingginya penertiban KTP untuk kepentingan melamar pekerjaan di perusahaan dimana mereka berasal dari luar daerah. Rendahnya pemilih terdapat di Kecamatan Bahodopi sebagai daerah tambang. Banyaknya pemilih yang tidak ditemui saat pendistribusian form C pemberitahuan. Kemudian, adanya tingkat penularan covid-19 yang sangat tinggi di Morowali yang menyebabkan adanya kekhawatiran masyarakat datang ke TPS,”jelas Sahran Raden kepada sultengnews, Senin (21/12/2020).
“Kota Palu, aspek ekonomi dimana masyarakat lebih mementingkan pekerjaan saat hari pemungutan suara. Kemudian, adanya hunian tetap yang jauh dari alamat asal, sehingga pemilih enggan memilih ditempat asal meski KPU Kota Palu telah mendata untuk mengurus pindah memilih. Selanjutnya, tingginya penularan covid-19 di Kota Palu,”lanjut Sahran.
Namun, kata Sahran, angka partisipasi dalam Pilkada Sulteng 2020 lebih tinggi dari angka partisipasi di Pilkada Sulteng 2015, dimana angka partisipasi 2015 mencapai 69 persen, sedang di 2020 dengan capaian 74,53 persen.
“Lebih tinggi dari Pilkada 2015 hanya 69 persen, perbandingannya di 2015 yakni 69 persen sedangkan 2020 74,53 persen,”tandasnya.ANANG-JW RESPECT