Tanggal 13 April 1964 merupakan hari berdirinya Provinsi Sulawesi Tengah sebagai daerah otonom berdasarkan UU Nomor 13/1964. Berdirinya Provinsi ini tentu tidak lepas dari perjuangan para tokoh di Bumi Tadulako ini, salah seorang diantaranya adalah Allahuyarham Drs. H. Rusdy Toana.

=================================

Fery eL Shirinja/Litbang Mercusuar-Trimedia Grup

=================================

RUSDY Toana adalah salah seorang tokoh penting perintis pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah. Sebelum menjadi provinsi sendiri dengan ibukota di Kota Palu, daerah yang Luasnya mencakup daratan 61.841 kilometer persegi dengan laut mencapai 189.480 kilometer persegi tersebut, adalah bagian dari Provinsi Sulawesi Utara Tengah yang berpusat di Kota Manado.

Dalam buku Semerbak Tona Kodi (2015) yang ditulis oleh HA Maddukeleng, disebutkan bahwa perjuangan Rusdy Toana untuk pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan sejak masa perantauan di Yogjakarta sekitar tahun 1960-an, dimana saat itu, Rusdy Toana adalah mahasiswa yang terus memperjuangkan dengan gigih agar Provinsi Sulawesi Tengah berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sulawesi Utara Tengah.

Perjuangan panjang putra kelahiran Parigi 22 September 1930 ini, dimulai sebagai pelajar di Gorontalo sekitar 1940-1944 atau menjelang Kemerdekaan RI, Rusdy Toana bersama teman-temannya mendirikan Syarikat Pelajar Luar Daerah (Spelda) sebagai alat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia di Gorontalo. Setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Rusdy Toana meninggalkan Gorontalo menuju Yogjakarta.

Di Yogjakarya, sebagai pelajar yang gigih ingin mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia akibat datangnya Agresi militer Belanda kedua, maka Rusdy Toana memilih bergabung dengan tentara pelajar, sekaligus mendirikan Majalah Bhakti sebagai sarana suara pelajar yang berusaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mengusir penjajah. 

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, barulah Rusdy Toana meletakkan senjata dan kembali ke bangku kuliah. Dia memilih berada di Universitas Gajah Mada (UGM) dengan tetap menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya. Di sanalah dibangun cita-cita dan perjuangan untuk menjadikan Sulawesi Tengah sebagai provinsi yang berdiri sendiri. 

Bentuk komitmen mewujudkan Provinsi Sulawesi Tengah, maka para pelajar dan mahasiswa di Yogjakarta melahirkan organisasi Keluarga Mahasiswa/Pelajar Sulawesi Tengah Yogjakarta dengan mendaulat Rusdy Toana sebagai ketua. Organisasi Keluarga Mahasiswa/pelajar Sulawesi Tengah Yogjakarta ini resmi berdiri pada tanggal 3 April 1955.

Sebelum mendirikan Organisasi Keluarga Mahasiswa/pelajar Sulawesi Tengah Yogjakarta ini, Rusdy Toana muda pada tahun 1953 menjadi pemenang pertama lomba karya tulis Nasional dalam rangka lima tahun PBB berada di Indonesia, dengan hadiah beasiswa mengikuti Pendidikan ke Amerika Serikat. Namun karena kondisi politik yang belum stabil, Rusdy Toana batal studi ke Negeri Paman Sam tersebut.

Ada hikmah positif dibalik pembatalan mengikuti Pendidikan ke Amerika Serikat tersebut, karena di tahun yang sama 1953, Rusdy Toana bersama Busnatul Arifin yang pernah menjadi Menteri Koperasi dan Kepala Bulog di era Orde Baru, ditunjuk memimpin Majalah Media terbitan PB HMI. Dengan begitu, perjuangan mewujudkan wilayah Sulawesi Tengah sebagai Provinsi sendiri, terus dilanjutkan. 

Di Jakarta, pada tahun 1957, Rusdy Toana dan kawan-kawan juga membentuk Ikatan Keluarga Sulawesi Tengah sebagai alat perjuangan mewujudkan Provinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 1960, Musyawarah Mahasiswa dan Pelajar Sulawesi Tengah di Jakarta mendapuk Rusdy Toana sebagai Sekretaris umum mendampingi Ketua Umum Mene Lamakarate.

Bersama kawan-kawannya, Rusdy Toana melalui kelompok Mahasiswa dan Pelajar Sulawesi Tengah inilah, memassifkan gerakan pembentukan Sulawesi Tengah hingga akhirnya Perjuangan tersebut terwujud pada tahun 1964. Itulah buah dari perjuangan panjang selama di Yogjakarta dan Jakarta, yang terus berupaya mewujudkan Sulawesi Tengah menjadi Provinsi sendiri.

Bahkan setelah kembali ke Kota Palu, Rusdy Toana bersama Mene Lamakarete tetap berjuang untuk merealisasikan amanah musyawarah mahasiswa dan pelajar tersebut. Wilayah Sulteng saat ini merupakan konsep yang ditawarkan oleh Mene Lamakarate dan Rusdy Toana kepada Pemerintah Pusat saat itu. 

Bagi Rusdy Toana, begitu banyaknya peristiwa yang mewarnai perjalanannya dalam merintis terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah ini, diharapkan menjadi sumber inspirasi untuk generasi berikutnya dalam melahirkan peristiwa-peristiwa besar di masa yang akan datang. Maka itulah, sikap kritis Rusdy Toana terhadap pemerintah tidak pernah hilang. Bahkan nama Tonakodi menjadi terkenal karena tulisan “omong punya omong” di kolom Mercusuar yang menjadi sarana dalam memberikan kritikan dan masukan kepada pemerintah kala itu.

Rusdy Toana, selain terlibat dalam gerakan politik mendirikan Provinsi Sulteng, juga turut mendirikan Korem 132/Tadulako. Rusdy Toana juga yang memberikan nama Tadulako bagi institusi TNI tersebut. Sama seperti usulannya menamai Universitas pertama di Palu dengan nama Universitas Tadulako. Bahkan Rusdy Toana menggagas kebudayaan Tadulako yang dilaunching pada Hari ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulawesi Tengah ke-32 pada 13 April 1996.

Bagi Rusdy Toana, kata Tadulako merupakan kata yang dapat diartikan sebagai kepemimpinan, patriotik, gigih, pantang menyerah, dan kepahlawanan. Maka itulah, Rusdy Toana bersikukuh dengan perjuangannya sampai akhir hayatnya, yang terus berjuang dan berusaha mewujudkan pencerahan di Bumi Tadulako ini, melalui gerakan politik, sosial, literasi, keagamaan, intelektual, dan Pers.

Berdasarkan catatan Sejarah yang dirilis dalam https://sultengprov.go.id/ bahwa pada awal kemerdekaan, Sulawesi Tengah merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi. Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, pascakemerdekaan adalah saatnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. 

Rongrongan terus datang dari Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Belanda menerapkan politik pecah-belah dimana Indonesia dijadikan negara serikat. Namun akhirnya bangsa Indonesia dapat melewati rongrongan itu dan pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Sejak saat itu, Sulawesi kembali menjadi salah satu provinsi di Republik Indonesia dan berlangsung hingga terjadi pemekaran tahun 1960. 

Pada tahun 1960 Sulawesi dibagi dua menjadi Sulawesi Selatan Tenggara yang beribukota di Makassar dan Sulawesi Utara Tengah yang beribukota di Manado. Kemudian pada tahun 1964, Provinsi Sulawesi Utara Tengah dimekarkan menjadi Provinsi Sulawesi Utara yang beribukota di Manado dan Sulawesi Tengah yang beribukota di Palu. Berkat perjuangan para Tokoh, termasuk Rusdy Toana, maka pada tanggal 13 April 1964, menjadi hari berdirinya Provinsi Sulawesi Tengah dan untuk pertama kalinya diangkat Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah atas nama Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuning.

Semasa hidupnya, Rusdy Toana aktif di berbagai organisasi, termasuk Muhammadiyah, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan lain-lain. Rusdy Toana merupakan orang pertama yang menerima mandat pendirian HMI di Kota Palu bersama Nazaruddin Pakedo melalui surat PB HMI Nomor 1938/Sek/B/1965 tertanggal 24 Februari 1965. Bahkan di Muhammadiyah, totalitas sosok sederhana ini sangat terlihat dalam memperjuangkan nilai, visi, dan ideologi untuk kemajuan Muhammadiyah di  Bumi Tadulako ini.

Tokoh seperti Rusdy Toana sangat layak dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional. Perjuangan panjangnya yang tulus dengan prinsip Kejujuran dan keikhlasan dalam mewakafkan jiwa dan raganya untuk terjun di arus perjuangan Negara dan Provinsi Sulawesi Tengah adalah teladan bagi generasi saat ini.(bersambung)