Sebuah gedung besar di Kampus Universitas Muhammadiyah Palu mengabadikan nama H. Rusdy Toana. Tujuannya adalah mengenang sang tokoh yang telah banyak terlibat dalam pendirian tiga perguruan tinggi besar di kota Palu, Sulawesi Tengah.

=================================

Fery eL Shirinja/Litbang Mercusuar-Trimedia Grup

=================================

KEHADIRAN Harian Umum Mercusuar yang kini semakin popular menjadi koran kebanggaan rakyat Sulawesi Tengah, hanyalah bagian kecil dari karya keabadian H. Rusdy Toana. Tokoh yang layak dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional ini, memiliki sejumlah kiprah di dunia Pendidikan tinggi di tanah kaili. Rusdy Toana terlibat langsung dalam pendirian tiga kampus besar di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.

Dalam buku semerbak Tona Kodi (2015), karya H. Andi Maddukeleng, disebutkan bahwa lahirnya Universitas Tadulako (Untad), yang saat ini dipimpin oleh Rektor Prof. Dr. Ir. Amar ST., MT., IPU., ASEAN Eng, tidak lepas dari peran tokoh Jurnalis dengan julukan Tonakodi ini.

Untad Palu dengan status swasta berdiri pada tanggal 8 Mei 1963. Saat itu, rektor pertama adalah Drh. Nasri Gayur. Nama Tadulako juga merupakan ide dari Rusdy Toana yang disematkan untuk Universitas pertama di Sulawesi Tengah itu, sehingga menjadi Universitas Tadulako yang kemudian disingkat dengan sebutan Untad.

Dalam perjalanannya, berkat perjuangan para tokoh di Sulawesi Tengah, kemudian terwujudlah Untad dengan status cabang Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar tanggal 1 Januari 1966 dengan empat fakultas yaitu Fakultas Peternakan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Sosial dan Politik. 

Salah seorang tokoh yang menghibahkan diri sepenuh hati membangun kampus bumi Kaktus tersebut adalah Rusdy Toana yang mewakafkan diri menjadi Dekan Fakultas Sosial dan Politik Untad Cabang Unhas, selama dua periode yaitu tahun 1975-1978 dan 1978-1981. Kemudian Pada tahun 1981, tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1981, Untad berdiri sendiri dan lepas dari Unhas Makassar sesuai Keppres Nomor 36 Tahun 1981.

Maka itulah hingga kini, pada tanggal 14 Agustus telah ditetapkan sebagai hari perayaan Dies Natalis Untad Palu. Pada tahun 2023 ini, Untad Palu telah berusia 42 tahun. Namun demikian, Rusdy Toana saat masih hidup, berupaya untuk mengembalikan sejarah agar hari kelahiran Untad Palu ditetapkan pada tanggal 8 Mei 1963 sesuai pondasi awal kelahirannya sebagai perguruan tinggi swasta pertama di Kota Kaledo. Namun impian itu belum sempat terwujud hingga Rusdy Toana meninggal dunia pada tahun 1999.

Sejarah Untad yang dimuat dalam https://untad.ac.id sebagai website resmi Untad Palu, menyebutkan bahwa keberadaan perguruan tinggi di Sulawesi Tengah, yang merupakan cikal bakal Universitas Tadulako ditandai dengan tiga tahapan perjalanan sejarah yaitu periode Universitas Tadulako status swasta (1963-1966), periode status cabang (1966-1981), dan status negeri yang berdiri sendiri sebagai Universitas Tadulako (Untad), sejak tahun 1981 hingga saat ini.

Selain Untad Palu, yang saat ini menjadi universitas negeri terbesar di Sulawesi Tengah dengan jumlah mahasiswa terbanyak, ada pula perguruan tinggi swasta yang berdiri berkat sentuhan tangan dingin Rusdy Toana. Universitas tersebut adalah Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu yang resmi berdiri pada tanggal 2 Agustus 1983. Rusdy Toana didapuk menjadi Rektor pertama Unismuh Palu. Beliau menjadi Rektor Unismuh Palu selama 16 tahun, terhitung sejak 2 Agustus 1983 (Unismuh Palu berdiri) hingga 9 Agustus 1999 (Rusdy Toana meninggal Dunia).

Untuk mengabadikan perjuangan sang tokoh, Rektor Universitas Muhammadiyah Palu, Prof. Dr. H. Rajindra, SE MM menyematkan nama H Rusdy Toana pada Gedung Serbaguna Unismuh Palu yang dinamakan Gedung Banua Kaili (GBK) H Rusdy Toana Unismuh Palu. 

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof, Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si tanggal 22 Agustus 2023 yang lalu, meresmikan GBK H Rusdy Toana Unismuh Palu yang ditandai dengan penandatanganan prasasti di hadapan warga Muhammadiyah Sulawesi Tengah.

Bahkan sebelum Unismuh Palu memberikan nama gedung dengan nama GBK H Rusdy Toana, belasan tahun yang lalu, pada saat Rektor Untad dijabat oleh Drs. Sahabuddin Mustafa, M.Si, juga memberikan penghormatan kepada Rusdy Toana dengan menyematkan namanya di Gedung Olahraga Untad Palu, dengan nama PKM H Rusdy Toana.

Tidak hanya Untad dan Unismuh Palu, Rusdy Toana bersama para tokoh cendekiawan muslim di Kota Palu juga terlibat menjadi panitia pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Datokarama Palu, yang saat ini telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu. Kini UIN Datokarama Palu dipimpin oleh Rektor, Prof. Dr. H. Sagaf S. Pettalongi, M.Pd.

Pada bulan Mei 1966 dibentuklah satu kepanitiaan yang diberi nama Panitia Persiapan Pendirian IAIN “Datokarama” Palu. Susunan kepanitian secara lengkap adalah Ketua: Abidin Ma’ruf,SH, Wakil Ketua: KH. Zainal Abidin Betalembah, Sekretaris: Abu Naim Syaar BA, Wakil Sekretaris: Isma’un Dg. Marotja, BA, Bendahara: Drs.HM.Ridwan, Wakil Bendahara: H.Dg. Mangera Gagaranusu, Anggota: Drs. H. Rusdy Toana, Pati Bidin, Drs. Andi Mattalata, Drs. H.F. Tangkilisan, Drs. Buchari, KH. Abd.Muthalib Thahir, Syahrul, Zainuddin Abd. Rauf, Muchtar Tadji, Zuber S. Garupa, dan Arsyad Parampi.

UIN Datokarama awal berdirinya tahun 1966 hanya menjadi kelas jauh IAIN Alauddin Makassar, yang kemudian pada 1969 resmi menjadi cabang dari IAIN Alauddin Makassar yang diresmikan oleh Sekjen Departemen Agama RI, Mayor Jenderal TNI Ahmad Hafiluddin Djojoadikusumo (https://id.wikipedia.org).

Pada tahun 1997, perguruan tinggi cabang dari IAIN Alauddin Makassar di Palu berganti nama menjadi STAIN Datokarama Palu sebagai bentuk implementasi lahirnya Keppres Nomor 11 tahun 1997. Berselang 16 tahun kemudian, tepatnya tahun 2013, STAIN Datokarama Palu berubah menjadi IAIN Palu berdasarkan Peraturan Presiden nomor 51 tahun 2013. Dan pada tahun 2021, Presiden RI, Joko Widodo mengeluarkan Perpres nomor 61 tahun 2021, sehingga IAIN Palu resmi beralih menjadi UIN Datokarama Palu.

Bukan hanya berkiprah di tiga perguruan tinggi tersebut. Rusdy Toana juga meluangkan waktunya untuk menjadi pengajar di Universitas Islam (UNIS) Alkhairaat yang didirikan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua pada tahun 1964, cikal bakal UNISA saat ini.

Rusdy Toana juga memiliki kedekatan dengan Guru Tua. Selain mengajar di UNIS, Rusdy Toana menurut kesaksian H. Ishak Moro pernah menjadi pengurus Alkhairaat dengan posisi sebagai salah satu sekretaris.

Begitulah keuletan dan kegigihan Rusdy Toana yang pantang menyerah dalam membangun Pendidikan tinggi di Sulawesi Tengah tanpa pamrih. Dengan keikhlasan dan ketulusan, hidupnya betul-betul diabadikannya untuk memperjuangkan kebaikan Sulawesi Tengah yang berkemajuan. (bersambung)