Di tengah gemuruh pembangunan energi terbarukan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso muncul sebagai tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk menghadirkan sumber energi yang berkelanjutan. Proyek ini bukan hanya merupakan perwujudan teknologi modern, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa energi lokal dapat menjadi tulang punggung pembangunan dan keberlanjutan nasional.

Oleh : Kartini Nainggolan/Tonakodi.id

Manager Bisnis PT Poso Energi, Dr. Eng Ismet Rahmad Kartono, membagikan kisah sukses PT. Poso Energy yang dimulai pada tahun 2005. Pada waktu itu, para insinyur muda Indonesia dikirim ke PLTA Saguling, yang telah mencatatkan namanya sebagai salah satu PLTA yang legendaris di Indonesia. Mereka belajar, mendesain, dan melibatkan diri secara aktif dalam proses rivew bersama konsultan berpengalaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Tidak hanya terbatas pada pembelajaran, kata Ismet, tim engineering muda ini terlibat langsung dalam mendesain dan mengkonstruksi PLTA Poso. Mulai dari supervisi hingga pekerjaan konstruksi, PLTA Poso menjadi produk yang tidak hanya melibatkan tim engineering secara penuh, tetapi juga menciptakan peluang pembelajaran praktis yang tak ternilai.

PLTA Poso bukanlah sekadar proyek fisik, melainkan produk anak bangsa. Dari desain, konstruksi, hingga operasional, seluruh rangkaian pengembangan PLTA Poso dilakukan oleh anak-anak bangsa Indonesia. Ini adalah bukti kemampuan teknis dan inovasi yang dimiliki tanah air dalam mengelola sumber daya alam untuk energi berkelanjutan.

Selain itu, pendanaan PLTA Poso menggunakan perbankan lokal. Hal ini memperkuat pandangan bahwa PLTA Poso tidak hanya menjadi sumber energi lokal, tetapi juga membawa dampak ekonomi positif pada tingkat lokal. Pembangunan ini menjadi investasi nyata dalam pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat.

Air dari Danau Poso, melalui PLTA Poso, menjadi sumber energi lokal yang luar biasa. PLTA Poso memberikan kontribusi yang signifikan terhadap diversifikasi sumber energi di Indonesia, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang fluktuatif.

Keberlanjutan PLTA Poso terlihat dari pendanaan lokal dan fokus pada energi bersih. Di tengah ketidakpastian geopolitik global seperti perang di Ukraina dan konflik Israel-Palestina, PLTA Poso tetap menjadi sumber energi yang stabil dan tak tergoyahkan.

Namun, di balik kesuksesan ini, Ismet menyuarakan keprihatinan terhadap beberapa pihak yang mencoba menghalangi proyek-proyek energi bersih. Ia menegaskan bahwa pembangkit energi bersih adalah kunci untuk mengembangkan potensi energi yang luar biasa di Indonesia.

Kalla Group turut serta dalam pengembangan energi lokal di Indonesia. Potensi air yang begitu melimpah di Indonesia baru dimanfaatkan sekitar 6 persen. Melalui PLTA Poso, pihaknya berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan ini dan mengoptimalkan potensi air sebagai sumber energi bersih dan berkelanjutan.

Tidak hanya menjadi proyek energi bersih, PLTA Poso yang tidak menggunakan teknologi tinggi, dapat dikerjakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Tanpa harus bergantung pada tenaga ahli dari luar, proyek ini menunjukkan bahwa teknologi ramah lingkungan dapat menjadi bagian integral dari kemajuan bangsa.

PLTA Poso bukan sekadar pembangkit listrik, tetapi simbol dari perubahan paradigma dalam pengembangan energi di Indonesia. Dengan melibatkan generasi muda, menggunakan pendanaan lokal, dan menghadirkan solusi energi bersih, PLTA Poso membuktikan bahwa energi lokal dapat menjadi tulang punggung keberlanjutan dan kemajuan bangsa. Inisiatif ini seharusnya menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk berinvestasi dalam pengembangan energi lokal dan menjaga keberlanjutan Indonesia di masa depan.

Perbaikan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Hasil penelitian mahasiswa pascasarjana Universitas Tadulako (Untad) Palu tahun 2015 lalu, telah terjadi perubahan ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar PLTA Poso yang cukup baik. Dari rata-rata pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah adanya PLTA Poso 515 MW, terjadi perubahan. 

Hasil riset dari 168 responden, sebelum adanya PLTA rata-rata pendapatan masyarakat antara Rp 1 Juta hingga 2 juta perbulan. Sementara setelah adanya PLTA, 70 persen responden menyebutkan bahwa  rata-rata pendapatan mereka diatas Rp 3 Juta, hanya 23 persen diantara Rp2 juta sampai Rp3 juta perbulan, sementara sisanya di bawah Rp2 juta per bulan.

Sementara tingkat pendidikan masyarakat juga mengalami perubahan. Sebelum ada PLTA, persentase tingkat pendidikan masih tergolong rendah, dimana rata-rata  anak usia sekolah paling banyak hanya sampai pada jenjang SLTP sebanyak 56 persen lebih, bahkan pada jenjang Perguruan Tinggi hanya 2,5 persen. Setelah ada PLTA, persentasenya mulai menunjukan keseimbangan mulai dari jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Bahkan pada jenjang perguruan tinggi sudah mencapai 25 persen.

Tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah adanya PLTA poso bisa digambarkan pada tempat tinggal mereka. Sebelum ada PLTA di tahun 2004, 90 persen tempat tinggal masyarakat masih menggunakan papan, dan setelah adanya perusahaan mengalami perubahan, dimana 98,75 persen tempat tinggal masyarakat sudah permanen.

Hasil penelitian mahasiswa pascasarjana Universitas Tadulako (Untad) Palu tahun 2015

Sebelumnya, Irma Suryani, Manager CSR PT Poso Energy saat bincang akhir tahun yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulteng bekerjasama dengan PT Poso Energi, Kamis (15/12/2022) yang lalu menjelaskan, perusahaan berkomitmen untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam setiap kegiatan yang diadakan. Hal ini mencakup penyerapan tenaga kerja lokal dan optimalisasi program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung pengembangan sumber daya masyarakat.

Sejak tahun 2005 hingga 2022, kata Irma, PT Poso Energy telah berhasil menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 820 karyawan untuk tahap konstruksi PLTA Poso. Selain itu, sebanyak 345 karyawan lokal juga terlibat dalam operasional dan pemeliharaan PLTA Poso berkapasitas 515 MW.

“Upaya penyerapan tenaga kerja lokal ini bukan hanya memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal, tetapi juga menciptakan peluang kerja yang berkelanjutan,” kata Irma Suryani.***