TONAKODI.ID – Poso Energy, perusahaan yang bergerak dalam sektor energi, telah menunjukkan komitmen dan keberhasilan dalam menjalankan prinsip konservasi air melalui program rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Poso. Sejak tahun 2015, perusahaan ini telah memulai langkah-langkah penting untuk menabung air dan mendukung kelangsungan sumber daya air di wilayah tersebut.

Pada periode Agustus hingga Oktober 2023, Poso Energy menghadapi tantangan serius akibat isu pemanasan global, khususnya fenomena El Nino, yang berdampak pada pasokan listrik di sistem Sulawesi. Situasi ini menjadi pemantik bagi perusahaan untuk menjadikan konservasi air sebagai prioritas utama. Salah satu solusi jangka panjang yang diadopsi oleh Poso Energy adalah program rehabilitasi DAS Poso.

Dengan fokus pada area lahan kritis di daerah tangkapan hujan danau serta sungai Poso, Poso Energy melaksanakan kegiatan rehabilitasi DAS sejak tahun 2015. Penanaman lahan kritis menjadi salah satu upaya terdepan, melibatkan kolaborasi dengan masyarakat setempat. Langkah ini tidak hanya bersifat sekali waktu, tetapi dijalankan secara berkelanjutan di seluruh daerah tangkapan air danau Poso serta sungai Poso.

Poso Energy tidak hanya terlibat dalam pelestarian lingkungan, tetapi juga mendorong partisipasi aktif masyarakat. Kolaborasi dengan kelompok masyarakat pemilik lahan kritis menjadi salah satu langkah strategis. Mulai dari identifikasi lahan, pemilihan jenis tanaman, hingga pembentukan kelompok tani, perusahaan berkomitmen untuk melibatkan masyarakat dalam setiap tahap rehabilitasi.

Dalam upaya menjaga konservasi ekosistem DAS, Poso Energy menjalin kerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako (Untad) Palu. Langkah ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung kualitas air sebagai sumber utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso.

Hingga tahun 2020, perusahaan telah menanam lahan kritis seluas 424,911 hektar di CA Danau Poso, termasuk dalam total luas lahan kritis 506,51 hektar dan 4.767,59 hektar. Capaian ini menjadi tonggak penting dalam menciptakan keberlanjutan sumber daya air.

Manager Bisnis PT Poso Energi, Dr. Eng Ismet Rahmad Kartono menyampaikan pentingnya menjaga kualitas sumber air baku. Dalam kuliah umum di Fakultas Kehutanan, Sabtu (11/2/2023) yang lalu, ia menekankan bahwa konservasi ekosistem DAS menjadi kunci untuk memperpanjang usia turbin PLTA Poso.

Menurutnya, air sebagai sumber kehidupan sangat penting untuk dijaga demi keberlanjutan. Oleh karena itu, menjaga kualitas air baku menjadi prioritas utama melalui upaya konservasi ekosistem DAS dan hutan di sekitarnya. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT) dalam pengelolaan PLTA di Kabupaten Poso, Poso Energy menyadari bahwa kolaborasi yang baik dengan berbagai pihak sangat diperlukan. Mulai dari pemerintah, pemangku kepentingan, perguruan tinggi, hingga masyarakat, semua harus terlibat secara aktif dalam menjaga dan merawat sumber daya air ini.

Langkah yang dilakukan Poso Energy mendapatkan dukungan dari pihak akademis, khususnya dari  dari Universitas Padjadjaran. Guru besar Fakultas Kehutanan Universitas Padjadjaran Jawa Barat Prof Chay Asdak menjelaskan keberlangsungan hutan penting dalam menjaga ekosistem DAS. Salah satu strategi dilakukan menjaga ekosistem tersebut yakni meningkatkan cakupan tutupan hutan hingga 40 persen, kemudian menjaga area hutan penyangga wilayah rentan, dan mengurangi sedimentasi. 

Jika cakupan itu bisa terjaga, Chay Asdak memastikan bahwa ini dapat memperbaiki kualitas air hingga 90 persen.

Sementara itu, M Syafri, Humas PT Poso Energy, menjelaskan bahwa perusahaan telah secara aktif melibatkan diri dalam upaya pelestarian lingkungan melalui kegiatan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Poso, terutama pada lahan-lahan kritis berdasarkan peta lahan kritis dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDASHL) Palu-Poso.

Poso Energy menjalankan kegiatan rehabilitasi DAS Poso dengan melibatkan partisipasi masyarakat di sekitar danau dan daerah tangkapan air Sungai Poso. Perusahaan berupaya membangun kolaborasi yang efektif dengan kelompok masyarakat pemilik lahan yang teridentifikasi sebagai kritis, dengan merujuk pada peta lahan kritis dari BPDASHL Palu-Poso.

Menurut Syafri, penawaran kolaborasi dimulai dari identifikasi lahan, pemilihan jenis tanaman komoditas, pembentukan kelompok tani, penyuluhan, distribusi bibit, pendampingan (termasuk penanaman dan pemeliharaan), hingga pelatihan pembuatan pupuk organik dan aplikasinya.

Kegiatan semacam ini tidak terbatas hanya di sekitar danau Poso, melainkan juga dilakukan di daerah catchment area (daerah tangkapan air) Sungai Poso. Jenis tanaman yang ditanam berbeda-beda di setiap lokasi, disesuaikan dengan komoditas unggulan di daerah tersebut. Selain itu, berdasarkan usulan dari masyarakat untuk tanaman produktif, perusahaan menambahkan jenis-jenis tanaman keras atau tanaman kayu sebagai tanaman pendamping.

Poso Energy telah berhasil membuktikan bahwa upaya konservasi air bukan semata tanggung jawab pemerintah, melainkan juga menjadi komitmen perusahaan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Program rehabilitasi DAS Poso yang diimplementasikan oleh perusahaan menjadi sumber inspirasi bagi sektor industri lainnya untuk ikut serta berkontribusi dalam menjaga sumber daya air, memastikan keberlanjutan ekosistem, dan mendukung pembangunan berkelanjutan.(Kartini Nainggolan)