KAWASAN Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), menjadi incaran investor asing. Salah satu magnet yang menggiurkan adalah membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.    

Dua perusahaan yang sudah beroperasi yang dikunjungi rombongan wartawan, 7-9 Maret lalu, PT Huayue Nickel Cobalt dan PT QMB New Energy Material. Kedua perusahaan itu sudah memproduksi bahan baku baterai listrilk.

PT Huayue Nickel Cobalt memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) dengan kapasitas 400.000 ton per tahun. Sedangkan PT QMB New Energy Material memproduksi MHP dengan kapasitas 150.000 ton per tahun.

“Ini adalah salah satu perusahaan terbesar di dunia yang memproduksi bahan baku baterai listrik. Hasilnya kami ekspor ke Cina,” kata Supervisor PT Huayue Nickel Cobalt, Jerim Renai kepada Mercusuar.

Sementara Direktur PT QMB, Prof Xu Kaihua sebelumnya menjelaskan, produksi tahap pertama yang berkapasitas 30.000 ton per tahun dari proyek bahan baku energi baru dari bahan bijih nikel laterit berbasis hidrometalurgi.

Didalam proyek ini juga, dibangun museum industri nikel kelas dunia dan pusat penelitian teknologi hidrometalurgi dan teknologi bahan energi baru.

Proyek ini dirancang dan dibangun secara mandiri menggunakan bijih nikel laterit kadar rendah yang mengandung 0,8 – 1,3 % nikel yang tidak digunakan dalam proses pyrometallurgy.

Memproduksi bahan baku utama untuk penggunaan energi baru dan sepenuhnya mendaur ulang nikel, cobalt, mangan, dan sumber daya lainnya. Serta mendorong nilai sublimasi bijih nikel laterit menjadi energi baru,” kata Prof Xu Kaihua.

Kegiatan dua perusahaan itu di tanah air masih terbilang langka. Pasalnya, smelter yang mengolah bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5% (limonit) menjadi produk (MHP) di Indonesia saat ini masih minim. MHP merupakan salah satu bahan baku utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.

Itulah sebabnya, Kementerian Perindustrian mendorong agar investasi pada smelter nikel dengan menggunakan proses hidrometalurgi atau dikenal dengan HPAL dapat digenjot lebih masif.

Sebelumnya, Direktur Operasional PT IMIP, Irsan Widjaja menjelaskan, beberapa waktu lalu, perusahaan asal AS, Tesla membeli bahan baku baterai listrik dari perusahaan di Kawasan IMIP. Tesla membeli bahan baku dari perusahaan yang beroperasi di kawasan industri tersebut dengan melakukan pengecekan ketat.
“Jadi mereka mengecek dahulu soal mining, tambang pun dicek. Tesla beli barang bakunya dari kami,” katanya.
Dia menuturkan setelah semuanya diperiksa dengan ketat, akhirnya Tesla memutuskan membeli bahan baku nikel untuk baterai yang bakal jadi energi mobil listriknya. Namun, belum dijelaskan detail berapa banyak jumlah pembelian tersebut.

Dari Australia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, industri hilirisasi nikel di IMIP, Morowali kedatangan pemain baru dari Australia, yakni Nickel Industries.

Perusahaan itu menurutnya telah berkomitmen menggelontorkan investasi senilai US$ 1,76 miliar untuk membangun proyek excelsior nickel cobalt (ENC) high pressure acid leach (HPAL) di IMIP.

Proses konstruksinya telah dilakukan sejak Oktober 2023. Namun, ia memastikan perusahaan yang bekerja sama dengan Tsingshan itu akan mulai berproduksi mulai paruh pertama 2025 dan menyerap 3.500 tenaga kerja.

“Rencananya akan berproduksi awal 2025 dan pekerjakan 3.500,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Jumat (8/3/2024).

Airlangga mengatakan, investasi perusahaan hilirisasi nikel Australia ini menjadi penting di Indonesia karena akan mendiversifikasi perusahaan asing di Morowali yang selama ini dianggap didominasi perusahaan China.

“Karena tidak seluruhnya investasi di sektor nikel itu, di downstreamnya, itu hanya dari investor negara China, tapi juga ada dari Australia,” tegasnya.

“Jadi pada 2025 itu adalah HPAL yang akan beroperasi di Morowali di mana Nickel Industries, itu perusahaan yang listed di Australia menjadi salah satu pemegang saham terbesar,” ungkap Airlangga.

Pemerintah mengklaim proyek perusahaan asal Australia itu akan menjadi yang pertama secara global dalam memproduksi tiga produk nikel kelas satu untuk pasar kendaraan listrik dan baterainya yaitu mixed hydroxide precipitate (MHP), nickel sulphate, dan nickel cathode.***